Wujudkan Indonesia Bersih 2029, Batang Gelar WCD

Jumadi    10 Oktober 2025

Batang Dalam rangka World Clean Up Day (WCD), sejumlah komunitas maupun organisasi di Kabupaten Batang, turut ambil bagian dalam aksi tersebut dengan membersihkan sampah di lingkungannya.

Kegiatan yang mengusung tema “Menuju Indonesia Bersih 2029”, menjadi bagian dari komitmen nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029, yang menargetkan seluruh sampah di Indonesia sudah terkelola secara menyeluruh.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Batang Puguh Santoso saat ditemui di Kantor DLH Kabupaten Batang, Jumat (10/10/2025), mengatakan, aksi ini tidak hanya berfokus pada kegiatan bersih-bersih semata, tetapi juga mendorong perubahan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah di lingkungannya.

“Melalui gerakan ini, kami ingin mengajak masyarakat kembali pada semangat gotong royong dalam membersihkan lingkungan, terutama di sekitar Tempat Penampungan Sementara (TPS) liar. Ini bukan hanya kegiatan sesaat, tetapi langkah nyata menuju pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” jelasnya.

Selain menjadi wadah kolaborasi antarwarga, lanjutnya, aksi WCD juga diharapkan dapat menghidupkan kembali nilai kekeluargaan dan kepedulian sosial yang sempat memudar.

“Kegiatan bersih-bersih ini juga menjadi salah satu indikator penilaian keberhasilan daerah dalam pengelolaan lingkungan, salah satunya untuk mendukung program Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” terangnya.

Puguh juga menyampaikan, dalam kegiatan ini, sampah yang dikelola dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu organik dan anorganik.

“Sampah organik seperti sisa makanan, daun, dan sampah dapur, dikelola secara mandiri dengan metode ramah lingkungan, seperti melalui lubang biopori, penimbunan di tanah, atau pemanfaatan pot bagi warga yang tidak memiliki halaman,” ujarnya.

Sementara itu, imbuhnya, sampah anorganik seperti plastik, kardus, dan besi, dipilah untuk dijual ke pengepul atau disumbangkan dalam bentuk sedekah sampah kepada pemulung.

“Dari empat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang sudah melaporkan datanya, sekitar 50 persen sampah yang dihasilkan bersifat organik, 40 persen anorganik, dan 10 persen residu,” terangnya.

Ia juga menjelaskan, sebagai bagian dari program Daur Ulang Anorganik, masyarakat juga diajak melakukan aksi penimbangan sampah setiap bulan, tepatnya setiap Jumat. Program ini menekankan pentingnya memilah dan menimbang sampah anorganik agar masyarakat menyadari nilai ekonominya.

“Jumlah sampah yang ditimbang memang fluktuatif, tetapi sebagian besar berupa sampah anorganik. Harapannya, masyarakat bisa melihat bahwa sampah yang dikelola dengan benar punya nilai jual dan bisa membantu ekonomi rumah tangga,” ujarnya.

Puguh menyampaikan, melalui WCD 2025, Pemerintah Kabupaten Batang berharap kesadaran warga terhadap pentingnya pengelolaan sampah dari rumah semakin meningkat.

“Kami ingin budaya bersih ini tumbuh dari kesadaran, bukan sekadar ajakan. Kalau masyarakat terbiasa memilah dan mengelola sampah sejak dari rumah, volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa berkurang drastis,” pungkasnya. (MC Batang, Jateng/Roza/Ardhy).